![Cholelitiasis atau sering dikenal dengan kerikil empedu ialah timbunan kristal yang terjadi Waspadai Ancaman Batu Empedu](http://abughifari.files.wordpress.com/2008/08/kolelitiasis.jpg)
Cholelitiasis atau sering dikenal dengan kerikil empedu ialah timbunan kristal yang terjadi dalam kandung empedu. Jika kerikil empedu ditemukan dalam susukan empedu maka dinamakan koledokolitiasis.
“Deteksi dini terhadap gangguan cholelitiasis sangatlah penting semoga tidak mengganggu kualitas hidup penderita, dan hal ini sanggup dilakukan melalui investigasi fungsi hati, USG dan CT Scan. Bahkan dengan perangkat yang lebih canggih, diagnosis yang paling akurat untuk radang kandung empedu (kolesistitis akut) sanggup diperoleh dari investigasi skintigrafi hepatobilier, yang memperlihatkan citra dari hati, susukan empedu, kandung empedu dan cuilan atas usus halus”, diungkapkan oleh Dr. Sigit Tjahyono, yang juga selaku Chief of Medical Committee RS Puri Indah.
Secara umum terdapat 3 macam jenis kerikil yang mungkin terjadi, yaitu:
1. Batu kolesterol, terjadi ketika mana cairan empedu mengandung sejumlah besar kolesterol yang biasanya tetap berbentuk cairan. Bila cairan empedu menjadi jenuh kolesterol, maka kolesterol menjadi tidak larut dan membentuk endapan. Kasus ini mencapai 80 persen dari kasus penyakit kerikil empedu.
2. Batu bilirubin, terjadi apabila konsentrrasi bilirubin dalam cairan empedu yang tidak terkonjugasi meningkat. Bilirubin ini mempunyai kecenderungan berikatan dengan kalsium, membentuk presipitat yang tidak larut. Dengan meningkatnya konsentrasi bilirubin, kalsium bilirubinate sanggup mengkristal dan kemudian membentuk batu. Dengan berjalannya waktu, banyak sekali macam oksidasi yang terjadi menjadikan bilirubin mengendap. Karena warnanya, kerikil ini dikenal sebagai kerikil hitam.
3. Batu campuran, merupakan adonan kedua macam kerikil tesebut di atas.
Untuk meragukan penyakit ini sanggup dipakai patokan 4F:
• Wanita (female) meskipun kaum laki-laki juga bukannya tidak rentan terhadap gangguan ini, lantaran referensi makan yang tidak sehat juga sanggup menjadi faktor pemicu terjadinya cholelitiasis.
• Usia 40 tahun (forty)
• Diet tinggi lemak (fatty)
• Masih dalam reproduksi aktif (fertile)
Pada dasarnya penyakit ini tidak perlu dikhawatirkan dan tidak dibutuhkan penanganan medis selama tidak menimbulkan ketidaknyamanan ibarat sakit atau nyeri tertentu. Tetapi untuk mengetahui tanda-tanda awal memburuknya cholelitiasis ini biasanya akan terasa gejala-gejala:
• Nyeri di perut kanan atas, kadang-kadang ibarat diperas dan hilang timbul, menyebar ke belakang pundak kanan. Dapat terjadi beberapa menit hingga beberapa jam.
• Demam
• Mual
• Muntah
• Kuning (ikterik)
Untuk memastikan apakah seseorang mengidap cholelitiasis harus dilakukan investigasi medis, lantaran terkadang pasien merasa hanya ibarat tanda-tanda maag saja. Pemeriksaan Penunjang untuk mendeteksi adanya kerikil empedu dilakukan dengan pemeriksaan:
1. Tes fungsi Hati
2. Pada kerikil kandung empedu, umumnya Gamma GT dan Alkaline Phosphatase meningkat.
3. USG Abdomen
4. Terlihat citra kerikil pada kandung empedu serta kadangkala sanggup terlihat pada susukan empedu.
5. Pemeriksaan lainnya ibarat CT Scan apabila pada investigasi USG Abdomen tidak sanggup menggambarkan dengan jelas.
Jika telah memasuki tahapan akut (Kolesistitis Akut) maka akan terjadi peradangan dari dinding kandung empedu, biasanya merupakan akhir dari adanya kerikil empedu di dalam duktus sistikus, yang secara tiba-tiba menimbulkan serangan nyeri yang luar biasa.
Sekitar 95% penderita peradangan kandung empedu akut, mempunyai kerikil empedu. Kadang, peradangan yang terjadi disebabkan oleh infeksi bakteri. Sebelum mencicipi nyeri yang luar biasa di perut cuilan atas secara tiba-tiba, penderita biasanya tidak menandakan tanda-tanda penyakit kandung empedu.
Sementara Kolesistitis akut tanpa kerikil (5%) merupakan penyakit yang serius dan cenderung timbul sehabis terjadinya:
• Cedera akhir adanya hematom, dll.
• Infeksi yang disebabkan luka bakar
• Sepsis (infeksi yang menyebar ke seluruh tubuh)
Pengaruh infeksi dari penyakit-penyakit yang parah (terutama penderita yang mendapatkan makanan lewat infus dalam jangka waktu yang lama). Gejala kerikil empedu akut ini antara lain:
• Nyeri di perut kanan cuilan atas, bertambah ahli bila penderita menarik nafas dalam dan sering menjalar ke pundak kanan.
• Mual
• Muntah
• Demam ringan, semakin usang cenderung meninggi.
• Biasanya serangan nyeri berkurang dalam 2-3 hari dan kemudian menghilang dalam 1 minggu.
Bila terjadi Komplikasi maka akan terjadi
• Demam tinggi, menggigil, peningkatan jumlah leukosit dan berhentinya gerakan usus (ileus) sanggup memperlihatkan terjadinya abses, gangren atau perforasi kandung empedu.
• Serangan yang disertai jaundice (sakit kuning) atau arus balik dari empedu ke dalam hati memperlihatkan bahwa susukan empedu telah tersumbat sebagian oleh kerikil empedu atau oleh peradangan.
• Jika investigasi darah memperlihatkan peningkatan kadar enzim amilase, mungkin telah terjadi peradangan pankreas (pankreatitis) yang disebabkan oleh penyumbatan kerikil empedu pada susukan pankreas (duktus pankreatikus)
Untuk pengobatan maka penderita akan diharuskan untuk dirawat di rumah sakit dan diberikan cairan dan elektrolit intravena serta tidak diperbolehkan makan maupun minum.
Kemungkinan dokter akan memasang pipa nasogastrik untuk menjaga semoga lambung tetap kosong sehingga rangsangan terhadap kandung empedu sanggup dikurangi. Jika diduga ada kolesistitis akut, pasien akan diberi antibiotik sesegera mungkin.
Jika diagnosis sudah sanggup dipastikan dan resikonya kecil, biasanya pembedahan untuk mengangkat kandung empedu akan dilakukan pada hari pertama atau kedua semenjak pasien dirawat. Jika penderita menderita penyakit lainnya yang sanggup meningkatkan resiko pembedahan, operasi akan ditunda hingga pengobatan terhadap penyakitnya tersebut berjalan baik. Jika serangannya mereda, kandung empedu sanggup diangkat minimal 6 ahad kemudian. Akan tetapi jikalau terdapat komplikasi (misalnya abses, gangren atau perforasi kandung empedu), pembedahan perlu dilakukan segera.
Apabila tidak ditemukan gejala, maka biasanya tidak memerlukan pengobatan, hanya memerlukan perubahan referensi makan. Namun apabila kerikil empedu sudah menimbulkan serangan nyeri berulang walaupun sudah referensi makan sudah diatur dengan baik, pasien dianjurkan untuk menjalani pengangkatan kandung empedu (cholesystektomi).
Cholesistektomi sanggup dilakukan secara konvesional atau secara laparoskopik. Sejak laparoskopik dipekenalkan pada tahun 1990, maka kolesistektomi laparoskopik mulai banyak dilakukan dan kini ini sekitar 90% kolesistektomi dilakukan secara laparoskopi.
Kolesistektomi laparoskopi merupakan operasi mengangkat kandung empedu melalui selang yang dimasukkan lewat sayatan kecil di dinding perut. Jenis pembedahan ini mempunyai laba sebagai berikut:
• mengurangi rasa tidak nyaman pasca pembedahan
• memperpendek masa perawatan di rumah sakit.