![Kecenderungan masyarakat mencari produk yang alami atau non kimiawi ketika ini menciptakan produ Pilihan Alami, Kontrasepsi Herbal dan Tradisional](http://klatenonline.com/wp-content/uploads/2009/05/keluarga-berencana.jpg)
Kecenderungan masyarakat mencari produk yang alami atau non kimiawi ketika ini menciptakan produk-produk herbal dan tradisional menjadi pilihan tak terkecuali untuk keperluan kontrasepsi. Selama berabad-abad ramuan herbal dan tradisional menjadi andalan untuk mencegah dan menunda kehamilan.
Sebenarnya bagaimana efektivitas kontrasepsi herbal/tradisional sanggup dipertanggungjawabkan secara ilmiah ketika ini?
Banyak peneliti telah melaksanakan penelitian terhadap materi anti kesuburan alami ini dan sejauh ini beberapa penelitian menawarkan hasil yang menggembirakan dan menjanjikan. Sejauh ini hanya negara Cina dan India yang banyak melaksanakan penelitian ihwal kehandalan kontrasepsi herbal ini. Di Indonesia sendiri penggunaan jamu atau tumbuhan obat sebagai kontrasepsi telah usang dikenal masyarakat di beberapa daerah.
Saat akan mempergunakan kontrasepsi herbal dan tradisional, sebaiknya perlu dipertimbangkan seberapa besar resiko kehamilan anda ketika ini? Artinya kalau ketika ini pasutri dengan alasan apapun dan dalam kondisi apapun benar-benar tidak menginginkan terjadinya kehamilan, maka penggunaan kontrasepsi herbal/tradisional bukanlah pilihan terbaik. Mengapa? Karena kontrasepsi ini lebih ditujukan sebagai kontrasepsi eksperimental atau percobaan kontrasepsi, yang belum mempunyai bukti ilmiah yang cukup menyerupai kontrasepsi modern yang ada ketika ini. Tepatnya sebaiknya kontrasepsi herbal/tradisional dipergunakan sebagai kontrasepsi cadangan saja.
Jika anda berusia di bawah 20 tahun kontrasepsi herbal/tradisional bukanlah pilihan bijak karena:
1. Tidak melindungi pasutri dari terjadinya penularan penyakit seksual.
2. Metode kontrasepsi ini belum terbukti secara mutlak dan terukur.
3. Beberapa produk herbal mengandung hormon dan kandungan yang sanggup mensugesti kerja sistim endokrin (sistim kontrol kelenjar tanpa jalan masuk badan yang mengeluarkan hormon) yang muda dan masih terus tumbuh.
M Wien Winarno dan Dian Sundari pada tahun 1997 dalam majalah Cermin Dunia Kedokteran pernah menuliskan bahwa tak kurang dari 74 jenis tumbuhan yang secara empiris dipakai sebagai kontrasepsi tradisional di beberapa kawasan di Indonesia. Berdasar hasil penelitian yang dikumpulkan tercatat 18 tumbuhan mungkin sanggup dipakai sebagai kontrasepsi perempuan serta 13 tumbuhan untuk kontrasepsi pria.
Selanjutnya Wien Winarno dan Dian Sundari menjelaskan bahwa penggunaan kontrasepsi asal tumbuhan perlu diperhatikan sifat merusak atau pengaruhnya terhadap sistem reproduksi baik pada laki-laki atau wanita, sebaiknya dipakai tanaman-tanaman yang pengaruhnya terhadap sistem reproduksi yang sifatnya sementara (reversibel) yaitu bila obat tidak dipakai lagi, sistem reproduksinya normal kembali, sehingga tidak terjadi kemandulan.
Sehingga sanggup diambil kesimpulan bahwa kalau pasutri dengan sukarela dan sadar mempergunakan kontrasepsi herbal/tradisional sebagai pilihan kontrasepsi utama berarti mereka telah merelakan diri untuk melaksanakan eksperimen diri dengan resiko kehamilan, alasannya yakni banyak kontrasepsi herbal/tradisional yang SANGAT tergantung pada pengolahan yang benar dan waktu penggunaan yang tepat.