“Breast Engorgement”, Laba Dan Kerugiannya

Switch to Bahasa Indonesia
Produksi ASI yang melimpah merupakan impian banyak ibu menyusui “Breast Engorgement”, Keuntungan dan Kerugiannya
Produksi ASI yang melimpah merupakan impian banyak ibu menyusui. Tetapi tahukah ibu bahwa produksi susu yang melimpah tersebut harus diimbangi dengan kebiasaan menyusui pada bayi dengan lebih sering. Jika ibu tidak bekerja maka hal itu tidak menjadi masalah, tetapi bagaimana bila ibu yakni seorang karyawan atau pekerja yang harus kembali bekerja sesudah lewat masa cuti melahirkan? Inilah yang perlu ibu ketahui.


Breast engorgement yakni kondisi di mana payudara ibu pasca melahirkan terasa sangat penuh oleh ASI, tegang dan nyeri. Penyebabnya yakni ketidakseimbangan antara suplai ASI dan kebutuhan bayi. Kondisi ini umum terjadi ketika ibu tiba-tiba berhenti memperlihatkan ASI-nya sebelum waktunya.

Engorgement sanggup terjadi:
• Saat pertama kali susu mengalir dalam payudara, selama beberapa hari pertama sesudah melahirkan.
• Saat ibu secara normal dan rutin menyusui, tetapi tidak sanggup memompa ASI-nya sesuai produksi ASI.
• Ketika ibu dan bayi secara tiba-tiba berhenti menyusui dan mengkonsumsi ASI.
• Saat bayi mulai mengurangi ASI, biasanya terjadi ketika bayi mulai mengkonsumsi makanan padat tambahan, atau ketika bayi sakit yang ditandai dengan berkurangnya keinginan/nafsu menyusu.

Payudara mulai memproduksi susu sesudah 2 hingga 5 hari semenjak melahirkan. Saat itu payudara akan terasa hangat dan berat. Beberapa ibu mencicipi terjadi pembengkakan dan ketidaknyamanan karenanya.

Payudara yang terisi ASI secara berlebihan akan terasa infeksi dan sakit, hal ini sanggup memacu terjadinya engorgement akut, biasanya karena:
• Menunggu terlalu usang untuk menyusui bayi yang gres lahir (tanpa inisiasi dini).
• Ibu tidak mau menyusui, meskipun produksi ASI cukup.
• Menyusui sedikit sehingga tidak bisa mengosongkan dan menguras payudara dari ASI.

Engorgement akut ini akan menimbulkan bayi sulit untuk menghisap dan menyusu pada ibu dengan benar, sehingga:
• Bayi tidak cukup mengkonsumsi ASI.
• Payudara tidak cukup kosong dan terkuras.
• Putting akan terasa nyeri sebab pecah-pecah. Hal ini dikarenakan bayi mencoba menghisap payudara yang terisi penuh. Jika kemudian ibu mengurangi menyusui, maka putting akan kembali meradang dan engorgement akan memburuk.

Gejala

Engorgement payudara ini terjadi ketika ASI yang dikeluarkan ketika menyusui atau memompa tidak sebanyak produksi yang terjadi sehingga payudara penuh oleh ASI. Ibu yang mengalami hal ini akan merasakan:
• Payudara terasa membesar, tegang dan sakit. Saat engorgement akut, maka payudara akan membengkak, keras, tampak mengkilap, hangat dan kenyal jikalau disentuh.
• Ibu akan mencicipi putting menjadi rata, dan tempat sekitar puting akan tampak lebih gelap yang disebut areola dan sangat keras.
• Bayi akan kesulitan menemukan puting, dan ketika menemukannya maka bayi akan bekerja keras untuk menghisap ASI sehingga puting sanggup terluka akhir perjuangan bayi tersebut.
• Sedikit demam pada ibu (suhu badan sekitar 37,8 derajat celcius). Jika suhu badan terus meningkat segeralah ke dokter.
• Kelenjar getah bening ibu di sekitar ketiak membengkak dan sakit.

Komplikasi dan akibatnya

Tanpa perawatan, engorgement akut akan menimbulkan terjadinya penyumbatan susukan ASI pada payudara dan menimbulkan infeksi pada payudara yang dikenal dengan nama mastitis (radang payudara).

Perawatan dan Pengobatan

Pembengkakan payudara ini tidak perlu dikhawatirkan secara berlebihan dan ibu sanggup mengobati dan melaksanakan perawatannya sendiri di rumah kecuali terjadi tanda-tanda infeksi atau mastitis yang mungkin mengharuskan ibu untuk mengkonsumsi antibiotik.
Langkah-langkah yang sanggup ditempuh ibu untuk melaksanakan perawatan sendiri untuk mengurangi pembengkakan antara lain adalah:
• Jika ibu menyusui, maka perawatan difokuskan untuk meningkatkan fatwa ASI dalam payudara dengan lebih sering menyusui. Pastikan bayi menyusui dengan benar dan cukup. Biasanya dengan langkah ini dalam waktu 12 hingga 24 jam kemudian ketidaknyamanan yang dirasakan akan hilang.
• Jika ibu tidak menyusui, pembesaran payudara akan menimbulkan payudara berhenti memproduksi ASI. Biasanya ketidaknyamanan ini akan menghilang bervariasi sesudah 1 hingga 5 hari.

Pencegahan

Jika ibu berencana menyusui bayi, maka:
• Mulailah menyusui bayi sesegera mungkin sesudah melahirkan dan lanjutkan seterusnya dengan lebih sering, setiap 1 hingga 2 jam sekali selagi ibu terjaga.
• Pemberian ASI setiap 1 hingga 2 jam pada beberapa hari pertama ini akan mengurangi kemungkinan terjadinya engorgemen.
• Pastikan payudara ibu cukup lunak supaya bayi sanggup menyusu secara benar. Jika produksi ASI berlebih, maka ibu sebaiknya memompa keluar ASI hingga payudara terasa kosong setiap kali selesai menyusui.
• Usahakan bayi menyusu tak kurang dari 15 menit setiap kali menyusui, meskipun waktu ini sanggup berubah seiring pertumbuhan bayi.
Ketika bayi sudah kenyang atau berkurang keinginan menyusuinya, maka:
• Jika produksi ASI tetap tinggi, seka atau guyur payudara dengan air hangat dengan shower. Biarkan air hangat mengalir di seluruh permukaan payudara yang akan memacu pelunakan puting dan ASI yang berlebih akan keluar dengan sendirinya.
• Jika ASI terasa tidak mengalir sempurna, handuk yang direndam air hangat sanggup dipakai untuk mebungkus payudara sebelum ibu menyusui. Rangsangan hangat ini akan membantu fatwa ASI tetap terjaga.
• Jika ibu bekerja dan kesulitan untuk menyusui secara teratur maka usahakan ibu untuk secara teratur memompa ASI secara manual sekurangnya setiap 3 hingga 4 jam sekali.
Jika engorgement telah terjadi dan ibu tetap ingin menyusui, maka:
• Lunakkan puting dan areola sebelum memulai menyusui untuk mencegah luga pada puting.
• Jika ASI keluar/luber dengan sendirinya, maka kompres dahulu payudara dengan air hangat sebelum menyusui.
• Pompa ASI secara lembut supaya jaringan dan selaput yang terdapat dalam payudara tidak terluka. Pastikan payudara terhisap dan terkuras setiap kali selesai menyusui dan ibu sanggup menyimpannya dalam lemari pendingin.
• Untuk mencegah pembengakan, tegang, keras dan nyeri yang ditimbulkan ibu sanggup melaksanakan :

o Mengkonsumsi obat-obatan anti peradangan yang non-steroid menyerupai ibuproven, tentunya dengan resep dokter.
o Kompres cuek setiap 15 menit untuk mencegah kerusakan jaringan pada payudara. Kompres cuek dihentikan pribadi dengan menempelkan es pada payudara yang justru sanggup merusak jaringan pada payudara.
o Ibu sanggup mencoba memakai lembaran kol untuk menutupi payudara dalam bra dan ganti setiap 2 jam sekali. Cara ini sanggup cukup membantu, hanya saja cara ini sanggup memungkinkan produksi Asi menurun.
o Pakailah bra yang longgar yang tidak menekan payudara. Bra yang terlalu kencang sanggup menekan payudara yang pada akhirnya akan mengurangi fatwa ASI yang sanggup berujung pada penyumbatan fatwa ASI dalam payudara.

Jika ibu tidak menyusui dan mengalami engorgement, maka ibu sanggup melaksanakan satu atau beberapa langkah berikut untuk mengurangi ketidaknyaman:
• Jika engorgement sudah terjadi, maka janganlah memompa seluruh ASI secara langsung. Hal ini justru akan memacu produksi susu bertambah banyak dan menciptakan engorgement menjadi lebih jelek lagi. Pompa ASI secukupnya hingga ibu merasa cukup nyaman saja.
• Ibuproven sebagai pengobatan tambahan.
• Kompres dingin
• Bra yang sesuai dengan kebutuhan dan tidak menekan.

Bagaimana juga pilihan menyusui atau tidak tetap ada pada ibu. Yang perlu diingat, kualitas ASI tidak tergantikan oleh produksi susu manapun. Lalu apa yang ibu tunggu?
Previous Post Next Post