Puasa Dan Analogi Teori Penawaran Dan Undangan (Grafik Supply-Demand)

Bagi yang bahagia berguru ekonomi atau pernah kuliah di ekonomi Puasa dan Analogi Teori Penawaran dan Permintaan (Grafik Supply-demand)
Bagi yang bahagia berguru ekonomi atau pernah kuliah di ekonomi, melihat dan mengartikan grafik supply-demand (penawaran dan permintaan) tidaklah aneh atau sulit. Bagaimana analogi grafik tersebut dengan bulan puasa?

Sumbu Q yaitu Quantity (jumlah barang)
Sumbu P yaitu Price (Harga barang)

Grafik merah gambar grafik permintaan/demand yang menggambarkan kekerabatan bahwa semakin banyak pasokan barang di pasaran maka harga akan semakin rendah.
Grafik biru yaitu gambar penawaran/supply yang menggambarkan kondisi bahwa semakin banyak jumlah seruan barang maka harga akan meningkat makin tinggi.

Dalam teori seruan dan penawaran juga ada istilah yang dinamakan sebagai titik keseimbangan, dimana supply dan demand akan mempunyai keseimbangan (equilibium) antara kemampuan pasar menyerap pasokan yang ada di pasaran.

Analogi ini sangat pas terjadi ketika kita sedang melaksanakan ibadah puasa. Hanya saja digambarkan dengan analogi yang mirip, serupa tapi tak sama.

Sumbu Q yaitu waktu (T) digambarkan dari subuh hingga maghrib
Sumbu P yaitu kualitas (K) digambarkan sebagai variabel kualitas seseorang

Grafik merah dianalogikan sebagai grafik daya tahan badan seseorang, dimana makin jauh ia dari waktu subuh maka kondisi fisik cenderung melemah hingga buka puasa ketika maghrib.
Grafik biru dianalogikan sebagai grafik kekuatan iman. Kekuatan dogma orang puasa di pagi hari sangat lemah dan terus meningkat hingga saatnya berbuka puasa.

Hubungan kedua grafik tersebut penjelasannya demikian, ketika pagi hari, biasnya kondisi fisik masih sangat besar lengan berkuasa untuk melaksanakan puasa, tetapi bahwasanya tahap inilah yang menentukan, alasannya pada tahap inilah seseorang bahwasanya mempunyai problem dogma yang lemah, sehingga justru umumnya orang yang puasa ingin segera membatalkan puasanya pada tahap awal puasa. Pada simpulan waktu puasa (menjelang maghrib), kekuatan dogma akan membuatnya bertahan untuk menuntaskan puasa hingga ketika berbuka, meskipun kondisi fisiknya sudah jauh melemah. Sepertinya sayang untuk membatalkan puasa ketika waktu berbuka sudah dekat.

Equilibrium dalam teori analogi ini juga bisa dianalogikan pada belum dewasa yang sedang berguru puasa. Mengapa biasanya belum dewasa yang sedang berguru puasa selalu mengambil waktu dhuhur sebagai titik berbuka atau waktu ashar sebagai titik keseimbangan kedua untuk berbuka puasa? Itulah titik equilibrium anak-anak...

Lalu akankan sebagai langsung yang remaja kita hanya akan mengikuti equilibrium anak atau hanya sekedar memperturutkan diri untuk segera berbuka puasa?
Previous Post Next Post